Waktu hari Sabtu, tanggal 8 Agustus 2009 yang lalu, aku dan teman-teman
pergi ke pameran buku di Braga, trus beli beberapa buku dari penerbit
Khasanah Intelektual, dan beberapa majalah Percikan Iman edisi yang
lama. Trus tadi malem baca majalahnya, eh dapat tulisan dari Sasa Esa
Agustiana. Subhanallah, bagus banget buat motivasi yang masih single
seperti saya ini, insya Allah. Ijin copy paste ya Teh Sasa. ^_^
Berikut ini isi tulisan dari Sasa Esa Agustiana :
Assalamu’alaikum
wr.wb. Teh Sasa, saya akhwat berusia 41 tahun dan masih sendiri.
Alhamdulillah aktif pengajian. Banyak hikmah yang didapat, tetapi kadang
kalo hati lagi sakit, muncul pertanyaan, kenapa saya masih jomblo
(sendiri), atau kenapa nasib kok gini? Teh Sasa, bagaimana saya harus
bersikap?
Assalamu’alaikum wr.wb. Ini dengan hamba Allah, mau
nanya gimana caranya biar cepat dipertemukan jodoh oleh Allah ? Memang
sih, jodoh kita sudah diatur Allah, nggak tahu ketemu di dunia atau
akhirat, tapi khan kadang kita kurang sabar, apakah ada amalan-amalan
tertentu dan doa-doa tertentu? Mohon penjelasannya, terima kasih ya Teh.
Assalamu’alaikum
wr.wb. Teh Sasa, aku pengen curhat nih, boleh nggak ? Kenapa ya Teh aku
ngerasa kalau jodoh itu nggak ada buat aku…Teman-teman aku tuh kayaknya
gampang banget punya “teman dekat” tapi kalo aku, kayaknya susah… Hal
ini membuatku sedih. Aku harus gimana dong, Teh ?
Assalamu’alaikum
wr.wb. Teh Sasa, saya pengen curhat, bagaimana ya, kok jodoh saya belum
datang-datang juga ? Sedangkan saya sudah ingin menikah…ada yang dekat
tapi orangtua kurang setuju karena dia belum bekerja. Minta nasihatnya,
ya!
Kutipan empat SMS di atas, yang masuk ke handphone saya,
kiranya cukup mewakili curahan hati (curhat) teman-teman pembaca yang
sedang berada dalam situasi dan kondisi sama-sama mencari jawaban,
mencari jalan keluar agar dapat menemukan jodohnya.
Jawaban pasti
atas pertanyaan tersebut pastinya ada di tangan Allah swt. Yang Maha
Mengetahui yang terbaik. Namun, tak ada salahnya saya mencoba membantu,
melihat dari sudut pandang sebagai sahabat yang berempati.
Hakikat Hidup Adalah Ibadah
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyaat [51] : 56]. Dari ayat ini, kita
menyadari bahwa hidup semata-mata ibadah, penghambaan diri kepada Allah
swt. Hidup sahabat-sahabatku tidaklah sia-sia, sampai saat ini semua
yang telah dijalani akan menjadi bekal amal shaleh. Menikah adalah salah
satu dari sekian ibadah yang dapat dilakukan manusia. Salah satu sunnah
Rasulullah saw., di antara sunnah-sunnah lainnya. Belum menikah bukan
berarti kurang nilai ibadahnya.
Keterangan hadits yang menyatakan
menikah setara dengan separuh atau setengah dien (agama), maksudnya
adalah setengah iman atau agama orang yang akan menikah dapat tambah
terjaga. Kita mengakui hadits ini, tetapi bila tidak hati-hati, tidak
bisa menjaga dan menghadapi ujian berumah tangga, setengah dari
keimanannya bukan tidak mungkin malah berkurang.
Belum menikah Adalah Ujian Keimanan
“Dan
sungguh akan Kami berikan ujian kepada kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun…" (Q.S. Al-Baqarah [2] : 155-156)
Sebuah keniscayaan
jika semua manusia pasti diberi ujian oleh-Nya. Ada keluarga harmonis
tetapi miskin sehingga anaknya kekurangan gizi atau tidak dapat
bersekolah. Ada yang diberi harta berlimpah tetapi sakit-sakitan
sehingga habis untuk berobat. Ada yang sudah menikah tetapi sulit
mendapat anak. Ada yang menikah tetapi pasangannya zalim. Ada yang ingin
nikah tetapi belum menemukan yang cocok, dan seterusnya.
Subhanallah,
ternyata Dia telah menciptakan seribu satu kasus ujian untuk setiap
orang. Allahu Akbar, alangkah indahnya apabila kita patuh memasrahkan
diri untuk tunduk kepada zat yang sama, Allah swt. Kepada-Nya bergantung
dan memohon pertolongan dengan menggunakan rumus penyelesaian-Nya,
Al-Quran dan As-Sunnah.
Fungsi ujian adalah agar manusia
bertambah kualitas keimanannya, “Apakah mansuia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan kami telah beriman sedang mereka tidak
diuji ?” (Q.S. Al-Ankabuut [29] : 2). Sebab, bila keinginan masih belum
terpenuhi, apakah dia akan surut menjadi orang yang tidak beriman ?
Meragukan keadilan-Nya dan menjadi kufur nikmat ? Padahal, boleh jadi
bila keinginan itu dipenuhi, belum tentu berakibat baik untuknya, “Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 16)
Allah
menunda suatu keinginan untuk kebaikan yang bersangkutan, tak perlu
khawatir. Allah yang Maha-Adil akan menggantinya dengan yang lebih baik,
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau pun
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (Q.S. At-Taubah [9] :
111)
Sebab, surga adalah dambaan. Segala keinginan ada di sana,
puncak kenikmatan, reward (balasan) atas kesabaran menjaga keimanan
dalam kondisi sesulit, sesesak, sesedih apa pun. Menjadi hamba yang
ridha, syukur, mematuhi aturan-Nya, menjauhi larangan-Nya, memaksimalkan
doa, dan penyerahan diri total bahwa Dia yang Maha Memiliki segala
keinginan, akan memberikan apa pun yang hamba-Nya minta, suatu saat
kelas, bila waktunya tepat, Insya Allah.
“Dan orang orang yang
berkata, "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan
keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan Jadikanlah kami pemimpin
bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itu akan diberi balasan dengan
tempat yang tinggi dalam surga atas kesabaran mereka dan di sana mereka
akan disambut dengan penghormatan dan salam, mereka kekal di dalamnya.
Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat diam.” (Q.S. Al-Furqaan
[25] : 74-76)
Wallahu a’lam.
Sumber : Majalah Percikan Iman Januari 2009 - Kolom An-Nisa.
:)
BalasHapus:) Apa kabar Fita ? Kapan ke Bandung lagi ? :(
BalasHapus