Oleh : Adinda Poetri
Menunggu adalah hal yang paling membosankan
menurut pendapat sebagian besar orang-orang. Aku pun sependapat dengan
mereka. Menunggu sebentar saja sudah mengeluarkan komentar
bermacam-macam, apalagi jika harus menunggu dengan rentang waktu yang
cukup lama. Bermacam-macam ekspresi pun kerap diperlihatkan. Ada yang
kecewa, bete, kesal, marah, gak sabar, dan ekspresi lainnya,
terungkapkan secara jelas, langsung maupun tidak langsung.
Cobalah
kita lihat antrian jika kita masuk ke dalam suatu Bank dengan tujuan
yang berbeda-beda. Ada yang menabung, mengambil uang, melakukan
transfer, dan lain sebagainya. Pastinya setiap orang ingin segera
dipanggil dan maju kedepan Teller dengan cepat sehingga tujuannya cepat
juga tercapai. Tapi segala sesuatunya ada aturan yang harus ditaati.
Kita harus menunggu antrian tersebut sampai saatnya nomor antrian kita
dipanggil oleh mesin pemanggil atau sampai saatnya kita berada didepan
antrian.
Bagi yang masih berstatus single, saat muncul keinginan
untuk menikah, pastinya ingin segera melaksanakan keinginannya itu. Do’a
selalu mengiringi langkah ikhtiar yang sedang dilakukan. Bermacam bekal
pernikahan pun kerap dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Disaat
yang lain satu persatu menikah dengan pasangannya, terbesit dalam hati
keinginan untuk bisa melakukan hal yang sama diliputi rasa rindu yang
tinggi untuk bisa menikah. Setelah bermacam ikhtiar dilakukan, tetapi
Allah belum berkehendak mempertemukan kita dengan pasangan kita, berarti
kita harus menunggu dengan sabar antrian tersebut. InsyaAllah, jika
sudah waktunya, tiba giliran kita untuk bisa melangkah memasuki gerbang
pernikahan yang diridhai-Nya dan bisa duduk manis dikursi pelaminan
sesuai dengan harapan dan keinginan kita.
Bagaimana jika
dibandingkan dengan menunggu antrian untuk bertemu dengan Allah dan
Rasul-Nya ? Apakah kita ingin segera dipanggil dan berada diurutan
paling depan untuk maju ke hadapan Allah dan Rasul-Nya ? Ataukah kita
malah ingin berada diurutan terakhir dalam antrian tersebut ?
Bila
menikah saja ada rasa rindu yang tinggi untuk bisa segera
melaksanakannya, akan serindu itukah untuk segera bertemu dengan Allah
dan Rasul-Nya ? Ataukah kita merasa biasa-biasa saja, karena masih ingin
lebih lama tinggal dengan kehidupan didunia ini ? Apakah bekal untuk
bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya sudah kita persiapkan dengan
sebaik-baiknya ? Atau malah kita lupa untuk mempersiapkan bekal tersebut
?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar