Kamis, 24 Februari 2011

Hanya Sebuah Mimpi

Penulis : Adinda Poetri

Siang yang cerah, ditemani oleh matahari yang memancarkan senyumnya pada dunia, melukiskan pemandangan yang indah di siang hari itu.

Berdiri tegak sebuah bangunan besar dengan halaman yang sangat luas. Dihuni oleh sebuah keluarga kecil yang terlihat rukun dan bersahabat dengan tetangga sekitar. Nampak dari luar, seorang laki-laki ke luar dari rumah yang besar itu dengan baju dan sarung yang telah dikenakannya serta tak lupa sajadah yang dibawanya menuju sebuah masjid. Ternyata, laki-laki itu mau melaksanakan shalat Jum'at di masjid yang tak jauh dari rumahnya. Sebelumnya, laki-laki itu berpamitan kepada istrinya yang sedang menemani bayi mungil, sang buah hati mereka berdua.

Tiba-tiba matanya terbuka. "Ah, ternyata hanya mimpi," demikian hatinya berkata ketika ia terbangun dari tidurnya.

Mimpi menurut sebagian orang hanyalah sebagai bunga tidur. Walaupun demikian, ia mempunyai kekhawatiran bila mimpinya itu terwujud dan menjadi kenyataan. Karena pada kenyataannya, hal itu tidaklah mungkin terjadi di dalam kehidupannya. Tetapi jika takdir Allah SWT berkata lain, ia hanya pasrah kepada-Nya, menyerahkan segala urusan tersebut kepada Allah SWT. Biarlah Dia yang mengatur semua itu, karena hanya Dia-lah sebaik-baik pengatur kehidupan dirinya.

http://kotasantri.com/pelangi/bingkai/2011/02/24/hanya-sebuah-mimpi

Jumat, 04 Februari 2011

Ketika Rasa Itu Hilang

Penulis : Adinda Poetri


Malam tanpa bintang. Seolah sepi tak ada yang menemani. Asyik menguraikan kisah-kisah yang lama tak terurai. Mencoba merunut kejadian demi kejadian yang terlewati tanpa disengaja. Mengingat kembali situasi dan kondisi bagaimana rasa itu hadir dalam hati dan bagaimana pula rasa itu hilang seketika, lenyap bak ditelan bumi, diterjang gelombang dan terhempas ke langit yang luas.

Semakin mengingat hal itu, semakin pula ku tak menemukannya diantara sederetan rekaman dibalik layar memori. Sejuta tanda tanya menghiasai catatan di hati, yang pada akhirnya pasrah karena tak menemukan jawabannya saat ini.

Biarkanlah rasa itu hilang, karena rasa itu tak akan kembali, tak akan pernah kembali dan ku tak menginginkannya kembali.

sumber : http://kotasantri.com/pelangi/bingkai/2011/02/03/ketika-rasa-itu-hilang