Jumat, 24 Juli 2009

Akan Seridu Itukah ?

Oleh : Adinda Poetri

Menunggu adalah hal yang paling membosankan menurut pendapat sebagian besar orang-orang. Aku pun sependapat dengan mereka. Menunggu sebentar saja sudah mengeluarkan komentar bermacam-macam, apalagi jika harus menunggu dengan rentang waktu yang cukup lama. Bermacam-macam ekspresi pun kerap diperlihatkan. Ada yang kecewa, bete, kesal, marah, gak sabar, dan ekspresi lainnya, terungkapkan secara jelas, langsung maupun tidak langsung.

Cobalah kita lihat antrian jika kita masuk ke dalam suatu Bank dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang menabung, mengambil uang, melakukan transfer, dan lain sebagainya. Pastinya setiap orang ingin segera dipanggil dan maju kedepan Teller dengan cepat sehingga tujuannya cepat juga tercapai. Tapi segala sesuatunya ada aturan yang harus ditaati. Kita harus menunggu antrian tersebut sampai saatnya nomor antrian kita dipanggil oleh mesin pemanggil atau sampai saatnya kita berada didepan antrian.

Bagi yang masih berstatus single, saat muncul keinginan untuk menikah, pastinya ingin segera melaksanakan keinginannya itu. Do’a selalu mengiringi langkah ikhtiar yang sedang dilakukan. Bermacam bekal pernikahan pun kerap dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Disaat yang lain satu persatu menikah dengan pasangannya, terbesit dalam hati keinginan untuk bisa melakukan hal yang sama diliputi rasa rindu yang tinggi untuk bisa menikah. Setelah bermacam ikhtiar dilakukan, tetapi Allah belum berkehendak mempertemukan kita dengan pasangan kita, berarti kita harus menunggu dengan sabar antrian tersebut. InsyaAllah, jika sudah waktunya, tiba giliran kita untuk bisa melangkah memasuki gerbang pernikahan yang diridhai-Nya dan bisa duduk manis dikursi pelaminan sesuai dengan harapan dan keinginan kita.

Bagaimana jika dibandingkan dengan menunggu antrian untuk bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya ? Apakah kita ingin segera dipanggil dan berada diurutan paling depan untuk maju ke hadapan Allah dan Rasul-Nya ? Ataukah kita malah ingin berada diurutan terakhir dalam antrian tersebut ?

Bila menikah saja ada rasa rindu yang tinggi untuk bisa segera melaksanakannya, akan serindu itukah untuk segera bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya ? Ataukah kita merasa biasa-biasa saja, karena masih ingin lebih lama tinggal dengan kehidupan didunia ini ? Apakah bekal untuk bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya sudah kita persiapkan dengan sebaik-baiknya ? Atau malah kita lupa untuk mempersiapkan bekal tersebut ?

Rabu, 22 Juli 2009

Segala sesuatu akan ada waktunya

Oleh : Adinda Poetri

Dulu, ketika masih duduk di kelas 3 SMK, ingin rasanya cepat-cepat untuk lulus sekolah. Dan ketika waktu itu tiba, aku pun lulus sekolah, Alhamdulillah. Setelah lulus, keinginan yang lain pun bermunculan. Ingin bekerja dan melanjutkan kuliah. Berbagai macam lamaran pekerjaan bertebaran memasuki perusahaan-perusahaan yang pada waktu itu sedang membuka lowongan pekerjaan. Berbagai tes dan wawancara pun kerap dilakukan, tetapi hasil akhirnya harus menerima kenyataan bahwa aku tidak lulus. Kecewa dan sedih itu pasti. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dalam hatiku, kenapa aku tidak lulus ? kenapa aku tidak diterima ? kenapa temanku yang lain bisa lulus dengan baik dan diterima di perusahaan itu ? dan sejuta pertanyaan lainnya berkecambuk dalam hati.

Selang beberapa bulan, aku dan teman-temanku mendapat tawaran untuk magang disuatu instansi Pemerintah di Bandung. Walaupun waktu untuk magang hanya 3 bulan lamanya, tapi Alhamdulillah masih diberikan rezeki untuk mengisi kekosongan waktu setelah lulus dari sekolah. Ingin melanjutkan kuliah, rasanya belum bisa untuk bisa lanjut ke arah sana, karena aku harus bekerja terlebih dahulu untuk bisa membiayai kuliahku sendiri dari awal sampai akhir.

Setelah 3 bulan berjalan dengan cepat, aku pun harus memutar otak kembali untuk berfikir kemanakah aku harus melamar pekerjaan ? Dan ternyata aku harus menerima kenyataan kembali bahwa aku menjadi pengangguran untuk beberapa bulan lamanya. Padahal ingin rasanya cepat-cepat untuk mendapatkan pekerjaan. Dan ketika waktu itu tiba, aku pun bisa bekerja, setelah menunggu hampir 2 tahun lamanya, Alhamdulillah.

Semangat untuk mengumpulkan biaya kuliah pun dimulai dari awal aku diterima sebagai pegawai honorer di suatu instansi Pemerintah di Bandung, walaupun membutuhkan waktu beberapa bulan lamanya untuk bisa terkumpul minimal untuk membayar biaya registrasi dan biaya semester satu. Dan ketika waktu itu tiba, aku pun bisa mendaftar untuk bisa kuliah di salah satu sekolah tinggi di Bandung. Tetapi semua itu tidak berjalan mulus dan rintangan pun bertebaran dimana-mana. Tempat aku mendaftar kuliah, ternyata tidak membuka kelas karyawan dikarenakan kuota-nya dibawah batas minimal. Kecewa dan sedih pun kembali menghampiri hatiku. Padahal aku ingin sekali bisa kuliah disana.

Selang beberapa hari, salah satu teman menyarankanku untuk mendaftar kuliah di sekolah tinggi lainnya di Bandung. “Berat” rasanya untuk mendaftar kuliah lagi. Tapi aku paksakan dan berfikir apa salahnya untuk mencoba mendaftar kuliah ditempat yang lain. Dan ketika waktu itu tiba, aku pun bisa kuliah, Alhamdulillah.

Setelah merenungi kejadian demi kejadian dari keinginan untuk lulus sekolah, keinginan untuk bekerja, dan keinginan untuk melanjutkan kuliah, bisa ditarik kesimpulan bahwa segala sesuatu pasti akan ada waktunya, insya Allah. Begitu juga dalam hal jodoh dan menikah. Jika waktunya sudah tiba, apapun akan Allah mudahkan dan lancarkan prosesnya menuju gerbang pernikahan yang diridhoi-Nya. Tapi jika belum waktunya, meskipun sudah menentukan tanggal pernikahan, tapi kalau Allah belum berkehendak, maka pernikahan itu tidak akan pernah terjadi.

Selalu berpikir positif kepada Allah. Bukankah Allah Maha Mengetahui segalanya ? Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik dimata Allah. Begitu pun sebaliknya, apa yang menurut kita buruk, belum tentu buruk dimata Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Iringi ikhtiar dengan do’a baik itu sebelum ikhtiar, sedang ikhtiar, dan sesudah ikhtiar. Karena Allah sangat menyukai orang yang berdo’a kepada-Nya baik diwaktu lapang maupun sempit, diwaktu senang maupun susah.

Senin, 06 Juli 2009

Apapun akan kembali kepada pemiliknya

Oleh : Adinda Poetri

Akhir tahun 2008 yang lalu, saya harus meminjam sebuah laptop kepada seorang teman di Jakarta, karena memang sedang membutuhkan laptop tersebut untuk urusan skripsiku. Perjanjian dalam meminjam laptop itu sekitar dua bulan lamanya. Alhamdulillah, berkat laptop yang dipinjamkan tersebut, banyak manfaat yang bisa dikerjakan selain untuk urusan skripsiku. Waktu pun telah berlalu seiring dengan pekerjaan dan kesibukan aktifitasku yang lainnya, tak terasa dua bulan kebersamaanku dengan laptop tersebut.

Akhirnya, waktu yang dijanjikan sudah habis, dan mau tidak mau, laptop tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya. Memang ada rasa “berat” untuk mengembalikan laptop tersebut, disamping karena belum selesai urusan skripsiku, tapi mau tidak mau, suka atau tidak suka, selesai atau tidak selesai urusannya, pemiliknya berhak untuk mengambilnya kembali.

Begitu pun dengan manusia yang telah Allah ciptakan ke dunia ini. Masing-masing sudah diberikan jatah hidupnya. Ketika waktunya sudah habis, mau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kita pun pasti akan kembali kepada pemiliknya yaitu Allah SWT, tapi terkadang kita suka melupakannya.

Karena jatah hidup kita didunia ini hanya Allah saja yang mengetahuinya, maka luruskanlah selalu niat kita dan sempurnakanlah selalu ikhtiar kita, dan usahakanlah untuk selalu melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, tentunya harus sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, sebelum kita kembali kepada-Nya.