Selasa, 01 November 2011

Ku Penuhi Permintaanmu

Oleh : Adinda Poetri

Waktu semakin berlalu
Menjauhkan dirinya dengan diriku
Walau hanya sekejap bertemu
Tapi hati mengharu biru

Tak perlu ditangisi
Segala kejadian yang sudah terjadi
Walau hati merasa tersakiti
Tapi itulah takdir Illahi

Walau hanya sedikit berkata
Mengerti akan kata hatimu
Merasakan apa yang kau rasa
Ku penuhi permintaanmu

Tak perlu kau ungkapkan
Segala rasa yang kau rasakan
Karena aku pahami dirimu
Ku penuhi permintaanmu

Memang tak mudah
Melakukan semua yang dikata
Tapi cukuplah sudah
Ikhlas karena Allah semata

Selasa, 25 Oktober 2011

Menurutku Biasa, tapi Tidak Menurutmu

Oleh : Adinda Poetri

Biasa dan tak biasa adalah hal yang sangat wajar karena segala sesuatu pasti akan ada pasangannya. Mungkin saja menurutku biasa, tapi menurutmu hal itu tidaklah biasa. Karena pandangan setiap orang pasti akan berbeda. Dan aku mengerti jika dirimu tak sependapat denganku sehingga muncul rasa kekhawatiran tentang hal itu.

Sudah ku coba untuk menjelaskan tentang sesuatu yang menurutku biasa, tapi tidak menurutmu. Sudah ku lakukan berbagai cara untuk meyakinkanmu tentang sesuatu yang menurutku biasa, tapi tidak menurutmu. Semoga lamban laun kau pun dapat mengerti akan hal itu.

Tapi apakah kau tau tentang perasaanku. Bagaimana sakitnya hatiku. Bagaimana sekian tahun lamanya ku telah menyalahkan diriku sendiri. Kau pun bahkan tidak pernah tau bagaimana pengorbanan yang telah ku lakukan untuk dirimu. Jadi, kau tidak perlu khawatir secara berlebihan seperti itu, karena aku tidak akan pernah mengambil sesuatu yang telah menjadi hakmu. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang berhak mengambil apapun itu walau telah menjadi hak kita sepenuhnya di dunia ini. Hanya Dia lah Yang Maha Berkehendak.

Minggu, 21 Agustus 2011

Kecewa itu Pasti, tapi Ikhlas Lebih Berarti

Oleh : Adinda Poetri

Sesuatu yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pasti akan menimbulkan rasa kecewa di dalam hati. Rasa yang bagi semua orang tidak menginginkannya, termasuk diriku. Ingin rasanya ku lempar sejauh mungkin dan berharap rasa itu tak akan pernah kembali lagi di dalam hatiku. Ingin rasanya aku berteriak sekeras2nya dan berharap akan segera reda dalam sekejap saja.

Ketika rasa kecewa itu hadir, sikap tidak semangat akan hadir pula menemaninya. Bahkan akan bermunculan rasa lainnya yang akan turut serta mendukungnya. Tapi apa yang bisa aku perbuat ? Menyalahkan diri sendiri atau harus melempar kesalahan kepada orang lain? Memang sangat tidak menyenangkan hati. Seolah-olah hati terbakar oleh percikan api yang keluar dari sumbernya. Dan harus segera dipadamkan sebelum api itu akan semakin berkobar di dalam hati.

Sejenak merenungi diri, memotivasi diri dan berfikir positif karena apa yang kita inginkan tak selamanya bisa terlaksana. Rasa kecewa itu pasti akan terjadi tetapi alangkah baiknya jika kita bisa bersikap ikhlas menerima semua ujian dan takdir dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Karena dengan ikhlas, insya Allah semuanya akan berarti. Memang pada awalnya akan terasa berat untuk bisa mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita sehari-hari, tetapi jika kita terus berusaha memotivasi diri kita untuk bisa bersikap ikhlas, segalanya akan terasa ringan. Insya Allah.

Kamis, 11 Agustus 2011

Menjadi Yang Terlupakan

Oleh : Adinda Poetri

Lupa adalah suatu anugerah yang Allah SWT berikan kepada manusia. Dengan lupa, kita tidak akan merasa terbebani dengan rasa sakit ketika melahirkan misalnya. Coba kita bayangkan ketika sudah melahirkan, kita masih terus mengingat-ingat rasa sakit itu, maka kita akan merasa terbebani dan tidak mau melahirkan lagi untuk yang kedua kalinya. Karena sifat lupa itulah, kita merasakan kebahagiaan ketika melahirkan sang buah hati tercinta walaupun harus mengalami rasa yang luar biasa sakitnya.

Tetapi akan berbanding terbalik ketika kita menjadi objek yang terlupakan. Rasa tidak senang, tidak suka, kecewa dan lain sebagainya akan muncul dalam hati ketika kita menjadi yang terlupakan. Beraneka ragam rasa tersebut muncul dikarenakan perbuatan manusia. Bagaimana jadinya jika hal tersebut dilakukan oleh Allah SWT ? Na’udzubillahimindzalik. Semoga kita tidak menjadi golongan orang-orang yang terlupakan oleh Allah SWT. Karena tanpa-Nya, kita akan menjadi orang-orang yang merugi baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Ya Allah, ya Rabb.
Ampunilah segala dosa kami.
Ingatkanlah kami jika kami melupakan-Mu.
Tegurlah kami jika kami lalai dalam melaksanakan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu.
Sabarkan hati kami dalam menghadapi ujian dari-Mu.
Dan jadikan kami  orang-orang yang selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Mu.
Aamiin.

Kamis, 21 Juli 2011

Positif Tak Memilihnya

Oleh : Adinda Poetri

Positif dan negatif ibarat dua sisi yang saling berlawanan, seperti halnya siang dan malam, hitam dan putih, suka dan duka, dan sebagainya. Kadang kala, ketika kita menginginkan sesuatu saat ini, mungkin akan berbeda dengan keinginan pada saat kemarin, dan mungkin akan berbeda pula keinginan di masa yang akan datang.

Ketika keinginan naik turun silih berganti, tetapi entah mengapa sangat berbeda dengan kata hati. Jadi teringat kembali bagaimana teguhnya sang hati untuk mengatakan tidak, walaupun banyak goncangan yang dapat mempengaruhinya.

Semakin hari, rasa –yang sulit diungkapkan dengan kata- semakin menghilang diambil oleh Sang Pemilik Hati. Kini, hati semakin positif tak memilih rasa dan keinginan untuk memilikinya. Biarkanlah rasa itu diambil olehNya, karena memang belum saatnya rasa itu hadir didalam hati. Dan aku percaya, suatu saat nanti jika Allah SWT meridhai, rasa itu akan kembali hadir didalam hatiku dengan suasana yang berbeda dan sesuai dengan keinginan dari-Nya. Aamiin.

Kamis, 12 Mei 2011

Dengarkan Kata Hati

Oleh : Adinda Poetri

“Hati tak kan pernah berdusta”, ungkapan yang sering terdengar di telinga kita. Ketika kita menginginkan sesuatu, tetapi hati kita mengatakan “tidak”, itu pertanda ada suatu masalah didalam keinginan tersebut. Timbul pertanyaan : “ada apakah gerangan yang terjadi? Mengapa terjadi perbedaan antara keinginan dan hati?”, dan sejuta tanda tanya lainnya.

Mungkin awalnya tidak akan menghiraukan masalah perbedaan itu, tetapi dalam prosesnya akan menemui berbagai hambatan. Dulu, banyak sekali tawaran dari berbagai pihak yang datang kepadaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Aku menginginkan untuk menerima tawaran itu, tetapi sejak awal hati sudah mengatakan “tidak”. Ku tepis kata hatiku kala itu. Mungkin lambat laun diiringi waktu yang berjalan, hati akan luluh dan mengatakan “ya”, pikirku saat itu.

Memang seiring dengan berjalannya waktu, hambatan-hambatan yang ditemui dapat diatasi dan dilewati dengan baik. Tetapi pada kenyatannya hati tetap teguh dalam pendiriannya, padahal keinginan dan harapan semakin tinggi.

Ketika hati tetap teguh dalam pendiriannya, akibatnya keinginan dan harapan tersebut bergejolak naik dan turun, kadang positif tak jarang pula negatif. Waktu terus saja berjalan, tak menyangka sudah beberapa tahun lamanya, hal itu masih saja setia menemani hari-hariku, menghiasi dinding-dinding hati. Hingga akhirnya, hati tetap teguh dan tidak goyah sedikitpun oleh tiupan angin yang datang menghampiri. Hati tetap mengatakan “tidak”. Aku pun menyerah.

Teringat pesan dari seorang teman yang belum pernah aku temui, mengatakan : “Jangan ikuti kata hati, tapi dengarkanlah kata hati. Jika memang hal itu tidak melanggar syariat, maka lakukanlah. Tetapi jika melanggar syariat, maka tinggalkanlah.” Walaupun keinginan tidak sesuai dengan kata hati, tetaplah berbaik sangka kepada Allah SWT. Insya Allah, pasti akan ada hikmah dibalik itu semua. Dan kita pun pasti akan bersyukur kepada-Nya manakala suatu saat nanti hikmah tersebut terungkap.

Jumat, 29 April 2011

Cinta, Jangan Kau Bersedih

Oleh : Adinda Poetri

Cinta, tema yang selalu menarik untuk dibahas. Karena cinta adalah anugerah dari Yang Maha Pemberi Cinta. Cinta bisa datang kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Oleh karena itu, kendalikanlah dia sebelum rasa itu (cinta kepada lawan jenis) halal untuk kita.

Setiap awal pertemuan yang baik, sebaiknya juga diakhiri dengan cara yang baik, jika memang perpisahan menjadi jalan yang terbaik. Karena sudah menjadi sunatullah jika ada pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Wanita memiliki hati dan perasaan yang lebih sensitif dibandingkan dengan pria. Karena itu, wanita ingin lebih dimengerti.

Ketika ada sesuatu hal yang menyebabkan terjadinya perpisahan dikarenakan tidak berjodoh misalnya, maka janganlah engkau bersikap ”lemah” dihadapannya. Contohnya putus asa, bersedih, menangis, dsb. Hal itu justru akan membuatnya lebih bersedih lagi, dan kemungkinan dia akan menyalahkan dirinya sendiri.

Teringat pengalaman di masa lalu. Mungkin itulah sikap yang paling bodoh yang pernah ku lakukan. Sikap menyalahkan diri sendiri dan dalam waktu yang cukup lama, sekira 2 tahun lamanya. Hal itu disebabkan seseorang yang berputus asa karena merasa dirinya gagal dalam sebuah pernikahan, ketika kami tidak berjodoh untuk hidup bersama.

Mengapa disebut sikap yang paling bodoh ? Karena tidak ada gunanya sikap menyalahkan diri sendiri. Yang ada hanyalah membuang-buang waktu, tenaga, fikiran, perasaan, dan lain sebagainya.

Sementara orang yang aku tangisi, hidup bahagia dengan pasangan hidupnya, terlebih...sudah dikaruniai sang buah hati tercintanya. Dan hal itu baru ku ketahui kabarnya setelah 3 tahun lamanya sejak perpisahan itu terjadi. Walau memang aku menginginkan dia selalu bahagia dengan pilihannya, dengan selalu memberikan kata-kata motivasi dan do’a yang baik kepadanya.

Karena itu Cinta, janganlah kau bersedih. Bersedih boleh saja tetapi jangan sampai berlebihan. Ingatlah, Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Yakinlah, Dia tak kan pernah salah dan tak kan pernah mengingkari janji-Nya. Berharaplah hanya kepada Allah SWT. Karena hanya Dia-lah sebaik-baik pengharapan. Insya Allah, kau pun akan bahagia dengan pilihannya-Nya.

Senin, 21 Maret 2011

Berani untuk Mengikhlaskannya

Penulis : Adinda Poetri

Entah apa yang sedang terjadi pada diriku. Pikiranku terpecah menjadi beberapa poin, tapi masih berada di wilayah alam sadarku tentunya. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Berusaha memuntahkan segala rasa yang hadir di kediaman hatiku. Tak tentu arah ke mana rasa itu jatuh hingga berserakan dan menyebar ke segala penjuru arah mata angin.

Ketika mengingat masa lalu yang penuh lika-liku kehidupan, yang berhasil dilewati atas kehendak dan ridhaNya, tak kuasa menahan jatuhan air mata yang tak berhasil kubendung. Kini, ingatan tentang itu tinggallah kenangan, yang tak perduli apakah itu kenangan manis atau pahit sekalipun. Tapi mengapa hal itu masih saja terpendam di hati, rasa ingin berontak terhadap apa yang telah didengar, dilihat, dan dirasakan kembali? Sudahlah, pertanyaan yang cukup aneh dan tidak jelas ke mana arahnya.

Ada satu kata yang kuingat, ikhlas. Ya, berani untuk mengikhlaskannya. Segala sesuatu yang kuinginkan, tak mungkin kudapatkan tanpa kehendak dan ridha dariNya. Segala yang ada di dunia ini hanyalah milikNya. Aku tak memiliki apa-apa tanpa pemberian dariNya. Aku tak mungkin bertahan tanpa pertolongan dariNya. Aku tak mungkin melanjutkan perjalanan kehidupan ini tanpa ada Dia di sampingku. Hanya Dia-lah segala-galanya bagiku.

http://kotasantri.com/pelangi/bingkai/2011/03/21/berani-untuk-mengikhlaskannya/rShWpnzF7bhE

Kamis, 24 Februari 2011

Hanya Sebuah Mimpi

Penulis : Adinda Poetri

Siang yang cerah, ditemani oleh matahari yang memancarkan senyumnya pada dunia, melukiskan pemandangan yang indah di siang hari itu.

Berdiri tegak sebuah bangunan besar dengan halaman yang sangat luas. Dihuni oleh sebuah keluarga kecil yang terlihat rukun dan bersahabat dengan tetangga sekitar. Nampak dari luar, seorang laki-laki ke luar dari rumah yang besar itu dengan baju dan sarung yang telah dikenakannya serta tak lupa sajadah yang dibawanya menuju sebuah masjid. Ternyata, laki-laki itu mau melaksanakan shalat Jum'at di masjid yang tak jauh dari rumahnya. Sebelumnya, laki-laki itu berpamitan kepada istrinya yang sedang menemani bayi mungil, sang buah hati mereka berdua.

Tiba-tiba matanya terbuka. "Ah, ternyata hanya mimpi," demikian hatinya berkata ketika ia terbangun dari tidurnya.

Mimpi menurut sebagian orang hanyalah sebagai bunga tidur. Walaupun demikian, ia mempunyai kekhawatiran bila mimpinya itu terwujud dan menjadi kenyataan. Karena pada kenyataannya, hal itu tidaklah mungkin terjadi di dalam kehidupannya. Tetapi jika takdir Allah SWT berkata lain, ia hanya pasrah kepada-Nya, menyerahkan segala urusan tersebut kepada Allah SWT. Biarlah Dia yang mengatur semua itu, karena hanya Dia-lah sebaik-baik pengatur kehidupan dirinya.

http://kotasantri.com/pelangi/bingkai/2011/02/24/hanya-sebuah-mimpi

Jumat, 04 Februari 2011

Ketika Rasa Itu Hilang

Penulis : Adinda Poetri


Malam tanpa bintang. Seolah sepi tak ada yang menemani. Asyik menguraikan kisah-kisah yang lama tak terurai. Mencoba merunut kejadian demi kejadian yang terlewati tanpa disengaja. Mengingat kembali situasi dan kondisi bagaimana rasa itu hadir dalam hati dan bagaimana pula rasa itu hilang seketika, lenyap bak ditelan bumi, diterjang gelombang dan terhempas ke langit yang luas.

Semakin mengingat hal itu, semakin pula ku tak menemukannya diantara sederetan rekaman dibalik layar memori. Sejuta tanda tanya menghiasai catatan di hati, yang pada akhirnya pasrah karena tak menemukan jawabannya saat ini.

Biarkanlah rasa itu hilang, karena rasa itu tak akan kembali, tak akan pernah kembali dan ku tak menginginkannya kembali.

sumber : http://kotasantri.com/pelangi/bingkai/2011/02/03/ketika-rasa-itu-hilang

Minggu, 30 Januari 2011

Tandanya, Rezeki Bakalan Datang Lagi

Penulis : Adinda Poetri


Rezeki, jodoh, dan maut, ketiganya merupakan rahasia Allah SWT. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengetahuinya karena hanya Dia-lah yang berhak menentukan dan menetapkannya.

Jadi teringat salah satu film yang berjudul ”Sang Murabbi”, dimana ada salah satu dialog antar suami istri, yang pada intinya adalah jika uang kita habis, tandanya rezeki bakalan datang lagi. Subhanallah, saya sangat setuju dengan pernyataan tadi, bahwa jika uang kita habis, tandanya rezeki bakalan datang lagi. Tetapi kita jangan salah menafsirkannya, kalau uang kita belum habis, tandanya rezekinya gak bakalan datang. Jadi uang yang kita miliki harus dihabiskan terlebih dahulu jika ingin rezekinya datang lagi. Janganlah berfikir seperti itu. Insya Allah, kapan pun dan dalam kondisi apa pun, rezeki kita sudah ada yang mengaturnya, yaitu Allah SWT, dan rezeki kita tidak akan lari ke mana.

Seperti ketika melakukan silaturrahim ke luar kota bulan kemarin. Uang yang ada di rekening saya hampir mau habis karena keperluan ini dan itu. Kembali otak saya dibuat ”berputar” memikirkan bagaimana caranya untuk memenuhi keperluan pekan selanjutnya. Tetapi, Alhamdulillah, setelah pulang dari acara silaturrahim itu, saya mengecek ke ATM untuk mengambil sejumlah uang untuk urusan tertentu. Saya terkejut dibuatnya, karena saldo rekening saya bertambah, bahkan tiga kali lipatnya.

Selalu saja begitu kejadiannya, karena tidak satu atau dua kali saya mengalaminya. Walaupun bertambahnya satu atau dua kali lipat atau hanya bertambah sejumlah yang dikeluarkan, tetapi Alhamdulillah, rezeki selalu datang dan datang lagi. Bukankah hikmah dari silaturrahim adalah salah satunya menambah rezeki? Tapi tetap, kita harus selalu meluruskan niat ketika akan melakukan sesuatu hanya karena Allah SWT. Jadi ketika kita membiasakan diri untuk silaturrahim, tandanya rezeki bakalan datang lagi.

Sedekah merupakan hal yang mudah dilakukan, tetapi kebanyakan manusia enggan melakukannya. Biasakanlah untuk bersedekah setiap hari. Dengan membiasakan diri dengan selalu bersedekah, tandanya rezeki bakalan datang lagi.

Dan masih banyak hal lainnya yang dapat membukakan pintu rezeki kita. Yakinlah kepada Allah SWT, karena semua rezeki kita telah diatur olehNya. Tinggal bagaimana kita menjemput rezeki tersebut dengan cara yang halal dan baik, agar rezeki yang kita terima merupakan rezeki yang barakah.

sumber : http://kotasantri.com/pelangi/refleksi/2010/10/09/tandanya-rezeki-bakalan-datang-lagi

Cemburu Boleh, Tapi Jangan Berlebihan

Penulis : Adinda Poetri


Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, pasti banyak problematika hidup yang dihadapi. Tiap orang pasti memiliki masalah atau ujian kehidupannya, begitu pula di antara pasangan suami istri. Jangan mengedepankan ego jika dihadapkan pada suatu masalah atau ujian kehidupan. Memang secara teori itu mudah, tapi pada praktiknya sangat susah realisasinya. Susah bukan berarti tidak bisa, bukan?

Ketika dihadapkan pada suatu masalah yang mana pasangan kita lebih memperhatikan orang lain, maka pastinya akan timbul reaksi dalam hati yang dinamakan cemburu. Cemburu merupakan anugerah yang Allah SWT berikan kepada kita. Tetapi kita harus dapat mengendalikan rasa cemburu tersebut. Cemburu boleh-boleh saja, karena itu tandanya sayang dan cinta kepada pasangannya. Tapi jangan berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik.

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A’raf [7] : 31).

Cemburu yang berlebihan akan berdampak buruk terhadap kehidupan berumah tangga . Misalnya, akan timbul prasangka buruk terhadap pasangan, mudah marah, ujung-ujungnya akan mengalami krisis kepercayaan terhadap pasangannya yang berakibat perceraian.

Maka dari itu, belajarlah untuk bisa mengendalikan rasa cemburu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari akibat rasa cemburu yang berlebihan tersebut, karena rasa penyesalan akan selalu datang belakangan.

sumber : http://kotasantri.com/pelangi/percik/2010/12/21/cemburu-boleh-tapi-jangan-berlebihan