Selasa, 11 Agustus 2009

Mengapa Aku Masih Sendiri ?

Waktu hari Sabtu, tanggal 8 Agustus 2009 yang lalu, aku dan teman-teman pergi ke pameran buku di Braga, trus beli beberapa buku dari penerbit Khasanah Intelektual, dan beberapa majalah Percikan Iman edisi yang lama. Trus tadi malem baca majalahnya, eh dapat tulisan dari Sasa Esa Agustiana. Subhanallah, bagus banget buat motivasi yang masih single seperti saya ini, insya Allah. Ijin copy paste ya Teh Sasa. ^_^

Berikut ini isi tulisan dari Sasa Esa Agustiana :

Assalamu’alaikum wr.wb. Teh Sasa, saya akhwat berusia 41 tahun dan masih sendiri. Alhamdulillah aktif pengajian. Banyak hikmah yang didapat, tetapi kadang kalo hati lagi sakit, muncul pertanyaan, kenapa saya masih jomblo (sendiri), atau kenapa nasib kok gini? Teh Sasa, bagaimana saya harus bersikap?

Assalamu’alaikum wr.wb. Ini dengan hamba Allah, mau nanya gimana caranya biar cepat dipertemukan jodoh oleh Allah ? Memang sih, jodoh kita sudah diatur Allah, nggak tahu ketemu di dunia atau akhirat, tapi khan kadang kita kurang sabar, apakah ada amalan-amalan tertentu dan doa-doa tertentu? Mohon penjelasannya, terima kasih ya Teh.

Assalamu’alaikum wr.wb. Teh Sasa, aku pengen curhat nih, boleh nggak ? Kenapa ya Teh aku ngerasa kalau jodoh itu nggak ada buat aku…Teman-teman aku tuh kayaknya gampang banget punya “teman dekat” tapi kalo aku, kayaknya susah… Hal ini membuatku sedih. Aku harus gimana dong, Teh ?

Assalamu’alaikum wr.wb. Teh Sasa, saya pengen curhat, bagaimana ya, kok jodoh saya belum datang-datang juga ? Sedangkan saya sudah ingin menikah…ada yang dekat tapi orangtua kurang setuju karena dia belum bekerja. Minta nasihatnya, ya!

Kutipan empat SMS di atas, yang masuk ke handphone saya, kiranya cukup mewakili curahan hati (curhat) teman-teman pembaca yang sedang berada dalam situasi dan kondisi sama-sama mencari jawaban, mencari jalan keluar agar dapat menemukan jodohnya.

Jawaban pasti atas pertanyaan tersebut pastinya ada di tangan Allah swt. Yang Maha Mengetahui yang terbaik. Namun, tak ada salahnya saya mencoba membantu, melihat dari sudut pandang sebagai sahabat yang berempati.

Hakikat Hidup Adalah Ibadah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyaat [51] : 56]. Dari ayat ini, kita menyadari bahwa hidup semata-mata ibadah, penghambaan diri kepada Allah swt. Hidup sahabat-sahabatku tidaklah sia-sia, sampai saat ini semua yang telah dijalani akan menjadi bekal amal shaleh. Menikah adalah salah satu dari sekian ibadah yang dapat dilakukan manusia. Salah satu sunnah Rasulullah saw., di antara sunnah-sunnah lainnya. Belum menikah bukan berarti kurang nilai ibadahnya.

Keterangan hadits yang menyatakan menikah setara dengan separuh atau setengah dien (agama), maksudnya adalah setengah iman atau agama orang yang akan menikah dapat tambah terjaga. Kita mengakui hadits ini, tetapi bila tidak hati-hati, tidak bisa menjaga dan menghadapi ujian berumah tangga, setengah dari keimanannya bukan tidak mungkin malah berkurang.

Belum menikah Adalah Ujian Keimanan
“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepada kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun…" (Q.S. Al-Baqarah [2] : 155-156)

Sebuah keniscayaan jika semua manusia pasti diberi ujian oleh-Nya. Ada keluarga harmonis tetapi miskin sehingga anaknya kekurangan gizi atau tidak dapat bersekolah. Ada yang diberi harta berlimpah tetapi sakit-sakitan sehingga habis untuk berobat. Ada yang sudah menikah tetapi sulit mendapat anak. Ada yang menikah tetapi pasangannya zalim. Ada yang ingin nikah tetapi belum menemukan yang cocok, dan seterusnya.

Subhanallah, ternyata Dia telah menciptakan seribu satu kasus ujian untuk setiap orang. Allahu Akbar, alangkah indahnya apabila kita patuh memasrahkan diri untuk tunduk kepada zat yang sama, Allah swt. Kepada-Nya bergantung dan memohon pertolongan dengan menggunakan rumus penyelesaian-Nya, Al-Quran dan As-Sunnah.

Fungsi ujian adalah agar manusia bertambah kualitas keimanannya, “Apakah mansuia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan kami telah beriman sedang mereka tidak diuji ?” (Q.S. Al-Ankabuut [29] : 2). Sebab, bila keinginan masih belum terpenuhi, apakah dia akan surut menjadi orang yang tidak beriman ? Meragukan keadilan-Nya dan menjadi kufur nikmat ? Padahal, boleh jadi bila keinginan itu dipenuhi, belum tentu berakibat baik untuknya, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 16)

Allah menunda suatu keinginan untuk kebaikan yang bersangkutan, tak perlu khawatir. Allah yang Maha-Adil akan menggantinya dengan yang lebih baik, “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (Q.S. At-Taubah [9] : 111)

Sebab, surga adalah dambaan. Segala keinginan ada di sana, puncak kenikmatan, reward (balasan) atas kesabaran menjaga keimanan dalam kondisi sesulit, sesesak, sesedih apa pun. Menjadi hamba yang ridha, syukur, mematuhi aturan-Nya, menjauhi larangan-Nya, memaksimalkan doa, dan penyerahan diri total bahwa Dia yang Maha Memiliki segala keinginan, akan memberikan apa pun yang hamba-Nya minta, suatu saat kelas, bila waktunya tepat, Insya Allah.

“Dan orang orang yang berkata, "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan Jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi dalam surga atas kesabaran mereka dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat diam.” (Q.S. Al-Furqaan [25] : 74-76)

Wallahu a’lam.
Sumber : Majalah Percikan Iman Januari 2009 - Kolom An-Nisa.

2 komentar: